Selain berpahala, ibadah puasa ternyata juga sanggup menyehatkan. Bagaimana jikalau dalam kondisi sakit? memang ada beberapa kondisi yang tidak memungkinkan berpuasa, namun ada juga yang diperbolehkan, Yuk, ketahui langkah-langkahnya semoga kondisi tubuh tetap fit selama berpuasa.
Secara medis, memang ada beberapa kondisi sakit yang sebaiknya tidak berpuasa. Misal, seseorang dengan diabetes yang gula darahnya terkontrol buruk, mempunyai komplikasi berat atau serius, serta menjalani multiple injeksi insulin takaran besar.
Kenapa tidak boleh? Pasalnya, bila memaksakan diri, risiko komplikasi yang lebih serius akan mengancam, Misal, mengalami hipoglikemi karena gula darah merosot tajam selama tak makan karena berpuasa. Apalagi pada seseorang dengan diabetes yang mempunyai komplikasi ginjal, menjalani puasa juga sanggup mengakibatkan dehidrasi. Ujung-ujungnya terjadi kelainan ginjal yang lebih serius.
Selain diabetes, gangguan kesehatan lainnya yang tidak diperbolehkan puasa diantaranya radang tenggorokan berat, migrain atau vertigo, asam akut, jantung, penyakit kronis, maag disertai muntah dan nyeri hebat, kanker, kronis hati lanjut, gagal ginjal kronis, pasien basuh darah. Jika seseorang dengan kondisi ibarat itu memaksakan diri berpuasa, tentu berdampak jelek bagi kondisi sakitnya dan masa penyembuhannya jadi terhambat.
Nah, pada beberapa kondisi sakit, terutama yang disebabkan oleh virus masih sanggup atau diperbolehkan berpuasa. Pasalnya, penyakit yang diakibatkan virus umumnya sanggup sembuh dengan sendirinya seiring daya tahan tubuh meningkat. Di sisi lain, berpuasa juga sebetulnya mempunyai manfaat kesehatan, sehingga jutru dengan berpuasa orang yang sakit ini sanggup lebih cepat sembuh.
Bagaimana dengan penyakit lain yang bukan dikarenakan virus dan tidak tergolong ringan? Kataknlah contohnya mag, hipertensi, bahkan jantung. Nah, secara medis, pada kondisi tertentu, orang dengan penyakit tertentu ternyata tetap sanggup berpuasa, asal diketahui kuncinya, yaitu mengatur sajian atau asupan makanannya.
1. Mag
Seseorang dengan penyakit maag (dyspepsia) bila berpuasa sebernarnya sanggup mengalami peningkatan asam lambung sehingga menimbulkan tanda-tanda mag. Akan tetapi kondisi itu umumnya terjadi pada tujuh hari pertama berpuasa.
Kondisi peningkatan asam lambung tersebut sanggup ditangani bila yang bersangkutan menentukan masakan yang sempurna ketika sahur maupun berbuka. Secara konkret, untuk orang dengan sakit mag sebaiknya menghindari sajian berlemak, asam, pedas, minuman bersoda atau kopi.
2. Diabetes
Seseorang yang mengalami diabetes dalam kondisi terkontrol atau berisiko ringan sanggup berpuasa. yaitu, seseorang yang gula darahnya terkontrol baik, tak mengalami komplikasi, serta tak mengkonsumsi obat-obatan berisiko menimbulkan penurunan kadar glukosa dalam darah.
Terpenting selama berpuasa untuk penderita diabetes yakni tetap kontrol kadar gula lebih sering dari biasanya. Misalnya, periksa gula darah sebelum berbuka, sebelum tidur atau sebelum sahur.
![]() |
Image by liputan6.com |
Kemudian, sebaiknya sahur dilakukan mendekati imsak. Jaga asupan makanan, contohnya pada berbuka dan sahur perbanyak mengkonsumsi masakan berserat tinggi. Makanlah dalam jumlah kecil. Hindari masakan atau minuman terlalu manis, banyak lemak, santan atau berkafein. Kenapa? Karena hidangan yang bagus menyebkan gula darah naik dengan cepat.
Sebaiknya batalkan puasa bila diketahui gula darah naik menjadi 300 mg/dl atau lebih. Yang jelas, bila penderita sanggup mengelola diabetes dengan baik dan teratur, ia sanggup berpuasa secara normal.
3. Hipertensi
Bagaimana dengan seseorang dengan hipertensi? Tak sedikit yang merasa ragu untuk berpuasa. Akan tetapi, sejauh hipertensi itu tidak kronis, penderita sanggup berpuasa secara aman. Syaratnya, pastikan tekanan darah terkontrol baik dan minum obat secara teratur pada ketika sahur dan berbuka. Selain itu, upayakan untuk tak banyak menyatap masakan yang mengandung garam dan lemak.
Jadi, walaupun seseorang sedang mengalami sakit, bahkan gangguan kesehatan yang bahwasanya cukup berisiko, akan tetapi ia tetap sanggup berpuasa sejauh penyakitnya terkontrol baik. Lantaran itu, pastikan untuk selalu melaksanakan kontrol teratur dengan dokter.
Sesungguhnya, puasa itu merupakan proposal agama yang sangat bermanfaat terutama bagi kesehatan jasmani dan rohani. Puasa sanggup mencegah penyakit yang muncul akhir tumpuan makan yang hiperbola ibarat obesitas, ibarat penyakit degeneratif (kolesterol, trigliserid yang tinggi, jantung koroner, dan sebagainya.
Riset The bulan pahala fasting decreased body fat but not protein mass in healthy individuals yang dilakukan RUSPN Cipto Mangunkusumo pada tahun 2013 di ketika bula ramadan membuktikan, selama berpuasa terjadi penurunan berat tubuh dan perubahan komposisi tubuh. Begitu pula pada rassio pinggang dan pinggul terjadi penurunan.
Penelitian itu juga menyebutkan, asupan kalori tak berubah pada hari pertama dan hari terakhir puasa. Akan tetapi, kegiatan yyang berafiliasi dengan ibadah menjadi meningkat. Misal, jumlah salat sunat dan salat. Tarawah jadi meningkat. Buktinya, selama bulan pahala terjadi peningkatan pengeluaran energi.
Disebutkan pula, terjadi penurunan lemak tubuh meski asupan masakan tetap sama. Selama puasa, asupan masakan bahwasanya sanggup mengurangi dan tentu ini akan berdampak baik untuk kesehatan.
Riset lain menunjukkan, berpuasa sanggup mengurangi risiko penyakit jantung. Seperti dikatakan hasil riset Intermountain Health Care, Salt Lake City, Amerika Serikat . Hasilnya, mereka yang berpuasa berisiko 58 persen lebih rendah terkena penyumbatan pembuluh darah jantung. Sekitar 75 persen terjadi kemungkinan penyempitan pembuluh darah pada orang tak pernah puasa. Bahkan, sekitar 63% dari orang yang tidak pernah puasa tersebut, terkena penyumbatan arteri yang diakibatkan oleh banyaknya frekuensi makan.
Riset American College of Cardiology menyebutkan, puasa juga sanggup meningkatkan daya tahan tubuh karena mengurangi konsumsi kalori dan menciptakan konsumsi oksigen menurun akhir laju metabolisme ikut menurun. Inilah yang mengakibatkan suhu tubuh orang yang sedang berpuasa juga menurun sehingga mengurangi produksi radikal bebas yang normalnya memang hanya sedikit terbentuk dalam tubuh. Pengurangan kalori dalam puasa juga meningkatkan sensitivitas insulin sehingga sanggup mengontrol kadar gula darah. ini akan mengurangi risiko diabetes melitus pada orang sehat.
0 comments:
Post a Comment